Rabu, 22 Desember 2021

GERAKAN PRAMUKA INDONESIA DAN DUNIA

 

GERAKAN PRAMUKA INDONESIA DAN DUNIA

Fun End of School Year 2021

Parents' Teaching Day

MTs Annajah Rumpin Bogor 

Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata “Pramuka” merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya.

Apa yang dimaksud dengan Pramuka ?

        Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan, Pelatih, Pamong Saka, Staf Kwartir dan Majelis Pembimbing.Seorang Pramuka harus telah dilantik menjadi anggota Gerakan Pramuka dengan mengucapkan satya (janji) pramuka. Dari uraian di atas, jelaslah kini tentang pengertian dan perbedaan ketiga istilah tersebut. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kepramukaan merupakan sebuah sistem pendidikan dan Gerakan Pramuka merupakan organisasi yang melaksanakan sistem tersebut (kepramukaan).

SEJARAH PRAMUKA DI DUNIA

        Kelahiran Gerakan Pramuka Dunia dimulai pada Tahun 1907 ketika Robert Baden – Powell, seorang Letnan Jendral Angkatan Bersenjata Britania Raya, dan William Alexander Smith, pendiri Boy’s Brigade, mengadakan perkemahan Kepanduan pertama di Kepulauan Brownsea, Inggris. Ide untuk mengadakan gerakan tersebut muncul ketika Baden-Powell dan pasukannya berjuang mempertahankan Kota Mafeking, Afrika Selatan, dari serangan tentara Boer.
        Ketika itu, pasukannya kalah besar di bandingkan tentara Boer. Untuk mengakalinya, sekelompok pemuda dibentuk dan dilatih untuk menjadi tentara sukarela.Tugas utama mereka adalah membantu militer mempertahankan kota. Mereka mendapatkan tugas-tugas yang ringan tapi penting; misalnya mengantarkan pesan yang diberikan Baden-Powell ke seluruh anggota militer di kota tersebut. Pekerjaan itu dapat mereka selesaikan dengan baik sehingga pasukan Baden-Powell dapat mempertahankan kota Mafeking selama beberapa bulan.
        Sebagai penghargaan atas keberhasilan yang mereka dapatkan, setiap anggota tentara sukarela tersebut diberi sebuah lencana.Gambar dari lencana ini kemudian digunakan sebagai logo dari Gerakan Pramuka Internasional.KeberhasilanBaden-Powell mempertahankan Kota Mafeking membuatnya dianggap menjadi pahlawan. Dia kemudian menulis sebuah buku yang berjudul Aids to Scouting (ditulis tahun 1899), dan menjadi buku terlaris saat itu.

SEJARAH PRAMUKA DI INDOESIA

    Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepramukaan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Konggres Kesatuan Kepanduan Indonesia.
        Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan “Janji Ikatan Sakti”, lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.
        Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri,. Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).

       Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepramukaan putera, Pada 1953 Ipindo berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam perjalanan ke Australia.Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta.
        Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepramukaan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepramukaan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepramukaan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan Novem-ber 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik “Penasionalan Kepanduan”.
        Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah salah satu tokoh lahirnya Pramuka Indonesia. Dia pernah menjabat Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) pertama sejak Pramuka berdiri pada tanggal 14 Agustus 1961.Empat periode berturut-turut, Sri Sultan Hamengku Huwono IX menjabat yakni pada masa bakti 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974. Dalam sejarah kepanduan Indonesia, Sri Sultan HB IX merupakan salah satu tokoh yang berhasil menyatukan berbagai organisasi kepanduan di Indonesia menjadi satu wadah yakni Pramuka sehingga dinobatkan sebagai Bapak Pramuka.
        Dalam buku berjudul ‘Hamengku Buwono IX, Inspiring Prophetic Leader, Memimpin dengan Kecerdasan Intelektual dan Spiritual’, editor Parni Hadi dan Nasyith Majid terdapat beberapa tulisan kenangan dari pengurus Kwarnas Gerakan Pramuka.Salah satunya adalah Prijo Judiono yang saat itu bekerja di kantor Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pada tahun 1972. Saat itu Sri Sultan HB IX menjabat ketua Kwarnas keempat periode 1970-1974 sekaligus menjabat sebagai Menteri Negara Ekuin.
        Di Kwartir Nasional, dia dipanggil dengan sebutan ‘Kak Sultan HB IX’. Prijo merekam berbagai hal atau pengalaman selama bekerja di Kwarnas. Beberapa di antaranya mengenai perjalanan ke Sumatera Utara untuk menuju pertemuan Kwarda di perkemahan Sibolangit, dekat Brastagi.Dia menceritakan saat perjalanan melewati Gunung Sibayak dengan jalan menanjak dan sempit, pengawalan dari voorrijder CPM mendadak berhenti di tengah jalan. Mobil yang dinaiki Sri Sultan HB IX bersenggolan dengan mobil dari arah berlawanan.
        Voorrijder CPM berhenti, langsung turun dan melayangkan bogem mentahnya. Melihat insiden tersebut, Sultan turun melerai: “Sudah, sudah…!” Kontan drama kekerasan itu berhenti, semua tenang kembali ke posisi masing-masing, semua naik mobil kembali, starter menuju Bumi Perkemahan Sibolangit. Tak ada apa-apa lagi. Semua acara berjalan lancar hingga selesai.Kenangan kedua adalah soal pengendalian diri yang luar biasa. Sebagai Ka Kwarnas, Sultan HB IX menerima kunjungan/pertemuan dengan Senator Maria-Kallaw Katigbak, Ketua Gerakan Kepanduan Fillipina. Pertemuan membahas kerjasama Girl Scouts of the Phillipines dengan Gerakan Pramuka.
       Saat acara penyerahan cinderamata berupa wayang kulit Sri Kresna oleh Sultan kepada Maria-Kallaw. Senator Maria-Kallaw mengucapkan terima kasih karena sudah pernah menerima cinderamata seperti itu sehingga dengan halus dia menolak.Prijo yang saat itu menyaksikan, Sultan tidak bereaksi apapun dan raut muka Beliau tidak berubah sama sekali. Beliau hanya senyum dan minta staf untuk menyimpan kembali wayang Sri Kresna itu. “Self controll yang luar biasa,” kenangnya.
    Menurutnya sosok Sultan juga seorang pelestari fauna. Peristiwa ini oleh Prijo dianggap menggemaskan dan konyol yang pernah terjadi di kantor Medan Merdeka Selatan No 6.Saat itu datanglah 4 orang Kwarda Jambi sambil membawa harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) yang sudah dioffset. Offset-an harimau itu akan diserahkan kepada Ka Kwarnas, Sri Sultan HB IX.
        Setelah diatur waktunya, harimau sumatera yang telah dioffset itu dipikul dari kantor Jl Medan Merdeka Timur ke kantor Jl Medan Merdeka Selatan. Karena tidak ada mobil pick up, harimau itu dipikul sehingga mengundang perhatian banyak orang.Sultan menerima cinderamata itu dengan baik dan kemudian dipajang di depan dekat ruang tamu. Namun itu ironi, mereka yang dari Jambi itu tidak tahu kalau Sultan itu ketua World Wildlife Fund Indonesia yang bertugas menggalakkan pelestarian fauna yang terancam punah di Indonesia.
        Kenangan ketiga adalah kesukaan Sultan HB IX berkemah. Itu diceritakan ketika berkunjung acara jambore dunia ke 13 di Shizuoka, Jepang, 2-10 Agustus 1971. Sultan ikut berkemah dan mamasak nasi goreng untuk sarapan bersama-sama. Hobi memasak adalah kegemaran beliau.Sedangkan peristiwa lain saat acara Perkemahan Wirakarya di Lebakharjo, Malang Selatan, tahun 1978. Sultan waktu itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Kebiasaan ikut berkemah itu sedikit merepotkan panitia karena sesuai aturan protokoler untuk pengaman. Bupati Malang, Suwignjo, pun akhirnya ikut berkemah.
         Kenangan lainnya ketika Gerakan Pramuka pada September 1974 melakukan penggalangan dana karena tidak punya donatur. Sultan menggalang dana dari kalangan pengusaha untuk membantu pendidikan yang dilakukan Pramuka.Saat itu Sultan menyerahkan satu unit mobil sedan Holden Statesman tahun 1974 untuk dilelang dan hasilnya dimasukkan ke panitia. Di gerakan kepanduan maupun kepramukaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga mendapat sebutan Pandu Agung karena sosoknya yang mencerminkan seorang guru dan panutan bagi Pramuka Indonesia.
    Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu-Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.

Kelahiran Gerakan Pramuka/Lahirnya Gerakan PRAMUKA di Indonesia

  • Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :1. Pidato Presiden / Mandataris Majelis sebelum para pemimpin dan pemimpin organisasi yang mewakili kepramukaan yang terdapat di Indonesia pada 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI MENEMBAK SCOUT GERAKAN.
  • Penerbitan Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan kepanduan pendidikan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, petunjuk dan bimbingan untuk pengelola Gerakan Pramuka menjalankan tugasnya. 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai AWAL KERJA.
  • Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan tulus bergabung ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Acara ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
  • Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti dengan prosesi Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat, yang didahului oleh penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan semua yang terjadi pada tanggal 14 Agustus 1961. Acara ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.

Gerakan Pramuka Diperkenalkan

        Pidato Presiden pada 9 Maret 1961 juga dijelaskan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Memorial Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu, Keputusan Presiden 238 tahun 1961 perlu pendukung bahwa dewan dan anggotanya.

Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan asosiasi ini diselenggarakan oleh Dewan Nasional (MAPINAS) di mana ada pramuka nasional dan Kwartir Nasional Harian.

Badan Pimpinan Pusat simbolis disusun dengan mengambil suci nomor 17-8-’45, yang yang terdiri dari Mapinas terdiri dari 45 orang dari siapa duduk di Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang.

Namun dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres 447 tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian 70 anggota dari 17 orang di dalamnya sebagai anggota Kwarnas dan 8 antara anggota adalah anggota Kwarnari Kwarnas.

Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden dan Wakil Ketua I, jalur IX dan Wakil Ketua II Brigjen Dr.A. Aziz Saleh.

Sementara itu di Kwarnas, jalur IX menjabat sebagai Ketua dan Brigjen Dr.A. Aziz Saleh merangkap sebagai Wakil Ketua Ketua Kwarnari.

Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada 14 Agustus 1961 tidak hanya di ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta, sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar Diikuti dengan pawai pembangunan dan prosesi di depan Presiden dan sekitar Jakarta.

Acara perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 kemudian dilakukan sebagai SCOUT HARI yang dirayakan setiap tahun oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.

Fungsi Gerakan Pramuka di Indonesia

Dengan landasan uraian di atas, maka kepramukaan mempunyai fungsi sebagai berikut:

  • Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda
  • Pengabdian bagi orang dewasa
  • Alat bagi masyarakat dan organisasi

        Kegiatan menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan mengandung pendidikan. Karena itu permainan harus mempunyai tujuan dan aturan permainan, jadi bukan kegiatan yang hanya bersifat hiburan saja. Karena itu lebih tepat kita sebut saja kegiatan menarik.

    Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Orang dewasa ini mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi.

    Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, dan juga alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan organisasinya. Jadi kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekedar alat saja, dan bukan tujuan pendidikannya.

Tujuan Pramuka

        Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip-Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia dengan tujuan agar anggotanya menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya :

  • Anggotanya menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan keterampilannya.
  • Anggotanya menjadi manusia yang kuat dan sehat fisiknya.
  • Anggotanya menjadi manusia yang menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia; sehingga menjadi angota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu menyelanggarakan pembangunan bangsa dan negar.
Tingkatan dalam Gerakan Pramuka

    Tingkatan dalam kepramukaan adalah sebuah tingkatan yang ditentukan oleh kemampuan anggotanya, kemampuan itu disebut dengan Syarat-syarat Kecakapan Umum atau SKU. Untuk Pramuka siaga dan penggalang, masing-masing Kelompok umur memiliki tiga Tingkatan. Untuk Penegak memiliki dua tingkatan. Sedangkan Pramuka Pandega hanya satu tingkatan :

  • Tingkatan Pramuka Siaga : Siaga Mula, Siaga Bantu, Siaga Tata.
  • Tingkatan Pramuka Penggalang : Penggalang Ramu, Penggalang Rakit, Penggalang Terap
  • Tingkatan Pramuka Penegak : Penegak Bantara, Penegak Laksana.
Kelompok dibagi menjadi 4 :
  • Kelompok umur 7-10 tahun disebut dengan Pramuka Siaga
  • Kelompok umur 11-15 tahun disebut dengan Pramuka Penggalang
  • Kelompok umur 16-20 tahun disebut dengan Pramuka Penegak
  • Kelompok umur 21 – 25 tahun disebut dengan Pramuka Pandega

        Ada juga sebuah tingkatan khusus yang disebut dengan Pramuka Garuda, yaitu tingkatan tertinggi dalam setiap kelompok umur dalam kepramukaan.Kelompok umur adalah sebuah tingkatan dalam kepramukaan yang ditentukan oleh umur anggotanya. Ada juga Kelompok Khusus, yaitu Kelompok yang ditujukan untuk orang yang memiliki kedudukan dalam kepramukaan. Misalnya Pramuka Pembina, adalah sebutan untuk orang dewasa yang memimpin Pramuka. Dan Pramuka Andalan, adalah anggota Pramuka yang mengambil bagian dalam keanggotaan Kwartir dalam Pramuka. Contoh lainnya adalah Pelatih, Pamong Saka, Staff Kwartir dan Majelis Pembimbing. 

Sifat Gerakan Pramuka

Berdasarkan resolusi Konferensi Kepanduan Sedunia tahun 1924 di Kopenhagen, Denmark, maka kepanduan mempunyai tiga sifat atau ciri khas, yaitu :

  • Nasional, yang berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan kepanduan di suatu negara haruslah menyesuaikan pendidikannya itu dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
  • Internasional, yang berarti bahwa organisasi kepanduan di negara manapun di dunia ini harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antara sesama Pandu dan sesama manusia, tanpa membedakan kepercayaan/agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa.
  • Universal, yang berarti bahwa kepanduan dapat dipergunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja, yang dalam pelaksanaan pendidikannya selalu menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepanduan.

JANGAN LUPA UNUTK SUBSCRIBE CHANNEL YOUTUBE 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar